Aku memberanikan diri datang kepadamu
Melewati rendah diriku dan ketidaktahumaluanku
Untuk mengatakan aku mencintaimu,
dan maukah engkau menjadi pendampingku
Lebih mudah rasanya menelan empedu
Dari pada lisanku mengeluarkan jujurnya
walaupun terdengar biasa, malah mungkin remeh bagimu
atau justru terasa mengganggu.
Jawabanmu sungguh luar biasa,
Hanya dengan sebuah pertanyaan;
“Apakah engkau mencintaiku karena Allah?”
Lalu aku terdiam lama, berpikir keras, menghela hafas panjang
Adakah syarat ini tak ada dalam tas persembahanku untukmu? Aku mencintaimu,
Tetapi aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu karena Tuhanku
Aku mencintaimu,
Karena engkau begitu mempesonaku,
Lagakmu terlihat bercahaya dimataku,
Entah apa yang membuatmu nampak demikian olehku
Aku mengatakan aku mencintaimu dan ingin memetikmu
Tapi tidak seperti calon pangeranmu yang lain,
Yang (menurutku) dengan luar biasa bisa mengatakan "Adinda, aku mencintaimu karena Allah"
Sayang, level hatiku belum bisa setinggi itu
Aku mencintaimu,
tetapi jujur saja bukan dengan cinta karena Allah
Itu hanya cinta dari insan terhadap sesamanya
yang berharap bisa menggenapkan moda untuk bertualang ke tanah Tuannya
Mencintaimu karena Tuhanku....
Cinta seperti apakah itu?
Seluruh logikaku tidak sampai untuk memikirkannya
Apakah seperti cinta milik ayah-bundaku dulu Atau seperti teori-teori yang tertulis dalam buku pernikahan
Jujur tak sampai semua ikhtiarku untuk menuju sana
Aku mengambil risiko,
Kau lemparkan kembali pengakuan ini ke mukaku
Atau kau langsung membuangnya jauh-jauh dari hadapanmu
Atau cukup dengan senyuman kecil yang berkata tidak
Karena mengatakan Aku tidak tahu apakah aku mencintaimu karena Allah atau bukan
Semua hanya karena aku tidak ingin menjual Tuhanku kepadamu
dan aku tidak ingin menipumu dengan hal yang bahkan belum bisa aku lakukan
Entah apa aku mencintaimu dengan cinta karena Allah...
Yang aku tahu, aku mencintaimu dan memimpikan menjalani sisa hidup denganmu
Agar kau bisa melengkapiku, agar ku bisa menuntunmu, agar kita bisa sama-sama meniti jalan menuju Tuhan kita dengan saling mendukung
Agar aku bisa memanifestasikan seluruh manusiawiku di tempat yang sangat tepat
Agar aku bisa mengisimu dengan bulir-bulir yang membuat kau menjadi lebih bermartabat
Agar kita bisa berjalan dengan tenang tanpa takut ada gelap yang membayang
Agar kita bisa sama-sama meluruskan ejaan kita tentang arti kata iman
Adinda,
Kisah cintamu bukanlah kisah...
yang diawali dengan once upon a time dan berakhir dengan happy ever after
Karena cerita cinta Yusuf dan Zulaikha tidak sesederhana itu
Cerita cinta Muhammad dan Khadijah bukan fairy tale seperti itu
Cerita cinta Qais dan Layla tidak semerdu itu
Cerita cintamu dimulai dengan ikhtiar dan berakhir juga ketika kau masih mengayuh roda ikhtiarmu
Hak adinda bermimpi
Datang pengakuan cinta dari rupawan yang sangat jelas tercium bau surga darinya
Sepenuhnya hak adinda membayangkan
Salah satu makhluk terbaik Allah datang meminta adinda menjadi pendampingnya
Tetapi hakku juga untuk bermunajat
Ada bidadari nyata yang sudi berbagi hidup denganku
Ada eksistensi yang mau menerimaku berserta semua dhoifku
Ada makhluk indah yang mau menemaniku meniti jalan Tuhanku
Aku mencintaimu
Tetapi jangan dulu kau sergah harus dengan cinta karena Allah
demi penolakan
Kasihanilah orang bodoh ini yang belum mengerti apa itu cinta karena Allah
Tentu aku mencintai Tuhanku
Pun aku mencintaimu
Dan jujur, aku belum bisa menyintesa keduanya
Aku mencintaimu
dan ingin kumaknai dengan makna yang lebih mudah kupahami
Aku mencintaimu dengan cinta yang selalu mendoakanmu
menemukan pendamping yang terbaik, terhebat, dan semua ter-ter lainnya
meskipun ternyata itu bukan aku...
Melewati rendah diriku dan ketidaktahumaluanku
Untuk mengatakan aku mencintaimu,
dan maukah engkau menjadi pendampingku
Lebih mudah rasanya menelan empedu
Dari pada lisanku mengeluarkan jujurnya
walaupun terdengar biasa, malah mungkin remeh bagimu
atau justru terasa mengganggu.
Jawabanmu sungguh luar biasa,
Hanya dengan sebuah pertanyaan;
“Apakah engkau mencintaiku karena Allah?”
Lalu aku terdiam lama, berpikir keras, menghela hafas panjang
Adakah syarat ini tak ada dalam tas persembahanku untukmu? Aku mencintaimu,
Tetapi aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu karena Tuhanku
Aku mencintaimu,
Karena engkau begitu mempesonaku,
Lagakmu terlihat bercahaya dimataku,
Entah apa yang membuatmu nampak demikian olehku
Aku mengatakan aku mencintaimu dan ingin memetikmu
Tapi tidak seperti calon pangeranmu yang lain,
Yang (menurutku) dengan luar biasa bisa mengatakan "Adinda, aku mencintaimu karena Allah"
Sayang, level hatiku belum bisa setinggi itu
Aku mencintaimu,
tetapi jujur saja bukan dengan cinta karena Allah
Itu hanya cinta dari insan terhadap sesamanya
yang berharap bisa menggenapkan moda untuk bertualang ke tanah Tuannya
Mencintaimu karena Tuhanku....
Cinta seperti apakah itu?
Seluruh logikaku tidak sampai untuk memikirkannya
Apakah seperti cinta milik ayah-bundaku dulu Atau seperti teori-teori yang tertulis dalam buku pernikahan
Jujur tak sampai semua ikhtiarku untuk menuju sana
Aku mengambil risiko,
Kau lemparkan kembali pengakuan ini ke mukaku
Atau kau langsung membuangnya jauh-jauh dari hadapanmu
Atau cukup dengan senyuman kecil yang berkata tidak
Karena mengatakan Aku tidak tahu apakah aku mencintaimu karena Allah atau bukan
Semua hanya karena aku tidak ingin menjual Tuhanku kepadamu
dan aku tidak ingin menipumu dengan hal yang bahkan belum bisa aku lakukan
Entah apa aku mencintaimu dengan cinta karena Allah...
Yang aku tahu, aku mencintaimu dan memimpikan menjalani sisa hidup denganmu
Agar kau bisa melengkapiku, agar ku bisa menuntunmu, agar kita bisa sama-sama meniti jalan menuju Tuhan kita dengan saling mendukung
Agar aku bisa memanifestasikan seluruh manusiawiku di tempat yang sangat tepat
Agar aku bisa mengisimu dengan bulir-bulir yang membuat kau menjadi lebih bermartabat
Agar kita bisa berjalan dengan tenang tanpa takut ada gelap yang membayang
Agar kita bisa sama-sama meluruskan ejaan kita tentang arti kata iman
Adinda,
Kisah cintamu bukanlah kisah...
yang diawali dengan once upon a time dan berakhir dengan happy ever after
Karena cerita cinta Yusuf dan Zulaikha tidak sesederhana itu
Cerita cinta Muhammad dan Khadijah bukan fairy tale seperti itu
Cerita cinta Qais dan Layla tidak semerdu itu
Cerita cintamu dimulai dengan ikhtiar dan berakhir juga ketika kau masih mengayuh roda ikhtiarmu
Hak adinda bermimpi
Datang pengakuan cinta dari rupawan yang sangat jelas tercium bau surga darinya
Sepenuhnya hak adinda membayangkan
Salah satu makhluk terbaik Allah datang meminta adinda menjadi pendampingnya
Tetapi hakku juga untuk bermunajat
Ada bidadari nyata yang sudi berbagi hidup denganku
Ada eksistensi yang mau menerimaku berserta semua dhoifku
Ada makhluk indah yang mau menemaniku meniti jalan Tuhanku
Aku mencintaimu
Tetapi jangan dulu kau sergah harus dengan cinta karena Allah
demi penolakan
Kasihanilah orang bodoh ini yang belum mengerti apa itu cinta karena Allah
Tentu aku mencintai Tuhanku
Pun aku mencintaimu
Dan jujur, aku belum bisa menyintesa keduanya
Aku mencintaimu
dan ingin kumaknai dengan makna yang lebih mudah kupahami
Aku mencintaimu dengan cinta yang selalu mendoakanmu
menemukan pendamping yang terbaik, terhebat, dan semua ter-ter lainnya
meskipun ternyata itu bukan aku...
0 komentar:
Posting Komentar